Bendera Indonesia kembali berkibar di luar negeri. Semua terjadi atas kerja keras salah satu putra terbaik tanah air. Keikutsertaan Abudzar Yulianto, salah satu atlet Swelagiri Semen Gresik yang terpilih sebagai wakil Indonesia untuk mewakili negara dalam even kejuaraan Panjat Tebing tingkat dunia di Shanghai-China membuahkan prestasi yang sangat gemilang.
Bersama dengan beberapa atlet unggulan Indonesia, Abudzar kembali dipercaya untuk mewakili Indonesia pada kejuaraan KIA X-Games Climbing Competition 2009. Kejuaraan yang berlokasi di KIC Jiangwan Stadium, Shanghai-China, tanggal 29 April - 1 Mei 2009 ini merupakan kompetisi bergengsi yang diadakan tiap tahun merupakan ajang untuk mengukir prestasi untuk beberapa olahraga ekstrim.
KIA X-Games yang tahun lalu hanya merupakan kejuaraan tingkat Asia, kali ini terdapat perubahan tingkat menjadi kejuaraan dunia. Atlet ranking 8 dunia juga hadir mengikuti kejuaraan tersebut.
Indonesia selalu disebut-sebut sebagai lawan tanding yang cukup berat, karena pada KIA X-Games 2008, Abudzar Yulianto merupakan peraih Medali Emas yang kecepatan memanjatnya perlu diperhitungkan oleh peserta dari negara lain.
Ketakutan sempat menghantui atlet Indonesia saat mengetahui Osipov Maksym, peringkat 3 besar Dunia dari Ukraina dan Sergey Sinitsyn dari Rusia juga mengikuti kejuaraan ini. Terlebih pada saat praktek pemanjatan jalur kejuaraan, Abudzar sedikit kesulitan menemukan pemanjatan yang tepat.
Suhu setempat juga sangat mempengaruhi mental. Terbiasa dengan suhu tropis, tanpa persiapan yang memadai, atlet Indonesia terpaksa menghadapi suhu antara 13º-18º C. Dinginnya suhu yang membuat jari para atlet membeku dan mati rasa untuk merasakan poin pemanjatan tak membuat surut semangat untuk memenangkan pertandingan. Rasa cinta pada tanah air membuat Abudzar, Galar dan Wilda (Atlet Indonesia.Red) mengesampingkan masalah suhu.
Hal yang sedikit tak terduga, atlet-atlet negara lain ternyata memiliki perasaan yang sama terhadap atlet Indonesia. Saat memperhatikan wawancara beberapa atlet kelas dunia, tim manager Indonesia, mendengar pengakuan bahwa lawan tanding yang perlu diperhitungkan adalah Indonesia.
Semangat demi semangat diberikan pada atlet-atlet Indonesia, yang pada akhirnya membuahkan hasil. Pada babak Penyisihan, Indonesia berhasil masuk dalam putaran 8 besar, dan menduduki posisi 7 untuk Abudzar dan 8 untuk Galar. Semangat Tim Indonesia bertambah besar untuk menjadi juara kembali seperti tahun lalu. Jalur pemanjatan mulai terbaca, cara pemanjatan yang tepat pun mulai didapatkan, yang akhirnya membawa Tim Indonesia masuk dalam putaran 4 besar, dan menempatkan Abudzar pada perebutan juara 1 dan 2. Berhadapan dengan Sergey Sinitsyn, atlet Rusia, Abudzar tertinggal 1,025 detik dari Sergey sehingga menempati juara 2 dunia.
Dari sekian banyak atlet dari Asia, hanya 2 orang yang masuk peringkat 4 besar dunia. Salah satunya Abudzar, Atlet Swelagiri Semen Gresik yang berhasil menduduki Juara 2 KIA X-Games tingkat dunia yang secara otomatis menduduki peringkat 1 Asia.
Keberangkatan Abudzar sebagai atlet dan Tim Manager Indonesia tidak lepas dari dukungan Semen Gresik. Kemenangan Tim Indonesia tersebut disaksikan langsung oleh Perwakilan dari SG, Djatmiko, Kepala Seksi Bina Lingkungan Gresik yang menaungi Swelagiri Semen Gresik. “Jaga prestasimu! Ingat, di pundakmu ada 4 nama yang harus dijaga: Indonesia, Jawa Timur, Semen Gresik, dan Swelagiri. Selamat berjuang!” demikian pesan Djatmiko pada para atlet.
Sebuah dukungan yang sangat berarti bagi seluruh tim Indonesia. Perjuangan tim Indonesia tidak berhenti sampai di sana. Masih ada satu Kejuaraan Panjat Tebing Dunia yang diadakan di Lujiazui Greenpark, Shanghai-China. Lokasi yang berjarak sedikit jauh dari Stadium Jiangwan ditempuh dengan bus khusus dari penyelenggara Kejuaraan “Rock Master Climbing Competition 2009”.
Kejuaraan yang dilaksanakan tanggal 1-3 Mei 2009 ini meliputi kategori Kesulitan dan Kecepatan. Kategori kecepatan terbagi menjadi dua, yaitu World Record dan Speed Classic. Dimana waktu tercepat antara keduanya ditotal untuk menentukan peringkat dunia yang baru.
Pada tahun 2008, World Record diraih oleh atlet China dengan waktu 7,102 detik. Sayang, atlet Indonesia tidak terbiasa berlatih jalur World Record sehingga hanya meraih posisi di nomer 9 dan 11.
Keinginan menjadi Juara membuat atlet Indonesia semangat untuk menebus kekalahan di Speed Classic. Mendapat kesempatan bersaing di sistim gugur, Indonesia kembali berhasil masuk dalam putaran 8 besar, 4 besar yang akhirnya kembali bertanding dalam perebutan Juara 1 dan 2.
Berhadapan dengan atlet China, Abudzar berhasil menyabet juara 1 pada kategori Speed Classic. Dengan total poin yang didapat dari World Record dan Speed Classic, Indonesia kembali menduduki peringkat 2 dunia pada kategori Speed dalam Kejuaraan Rock Master Climbing Competition 2009.
Ucapan selamat langsung dari Ketua IFSC (International Federation Sport Climbing) serta seluruh panitia untuk Bangsa Indonesia membuat seluruh tim Indonesia bangga. Karena tidak kurang dari 34 Negara dari seluruh penjuru dunia hadir untuk memperjuangkan kemenangan negaranya masing-masing.
sumber: http://www.semengresik.com